JURNALISME
Jurnalisme
merupakan keseluruhan proses mengumpulkan fakta penulisan, penyuntingan dan
penyiaran berita (Weiner, 1990 Ana Nadhya Abrar, 2005.). Dengan kata lain,
semua kegiatan yang bermuara pada penyiaran berita, mulai dari pengumpulan
fakta, penulisan, sampai pada penyuntingan berita, bisa disebut jurnalisme. Semua
proses pengumpulan fakta, penulisan, penyuntingan dan penyiaran berita adalah
penting. Tetapi yang terpenting adalah proses pengumpulan fakta, setelah itu
mereka perlu mencari narasumber yang dianggap mempunyai pendapat yang bisa
menjelaskan interpretasi realitas sosial yang dibuat para wartawan. Jurnalistik
atau journalism berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau
catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau juga bisa berarti surat kabar.
(Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, 2009). Journal berasal dari
bahasa latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir
kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Penulis buku
The Element Of Journalism, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001, dalam Luwi
Iswara, 2007) menyebutkan, tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan
informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat agar dengan informasi
tersebut mereka dapat berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas.
Dari
penelitian terhadap tugas dan pekerjaan para wartawan, Committee Of Concerned
Journalist (Luwi Iswara, 2007) akhirnya menyimpulkan bahwa sekurang-kurangnya
ada 9 inti prinsip jurnalisme yang dikembangkan :
1.
Kewajiban
pertama jurnalisme adalah kebenaran
2.
Loyalitas
pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat
3.
Inti jurnalisme
adalah disiplin untuk melakukan verifikasi
4.
Wartawan harus memiliki
kebebasan dari sumber yang mereka liput
5. Wartawan harus
mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas dari kekuasaan
6. Jurnalisme harus
menyediakan forum untuk kritik dan komentar dari public
7. Jurnalisme harus
berusaha membuat yang penting menjadi meenarik dan relevan
8.
Wartawan harus
menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif
9.
Wartawan itu
memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya
JURNALIS
Wartawan atau jurnalis
adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Tidak ada
kesepakatan tentang bagaimana profil yang pasti dan ideal untuk seorang
jurnalis. Kecuali selama ini berdasarkan penilaian narasumber dan juga para
pimpinan di lingkungan kerja jurnalistik. Penampilan jurnalis yang utama
bukanlah fisik, tetapi kesesuaian pada situasi dan kondisi peliputan. Misalnya,
jurnalis dapat membedakan ketika ia berhadapan dengan pejabat dan warga biasa,
berada dikantor atau dirumah. Selain itu kesiapan peralatan teknis rekaman dan
alat tulis juga merupakan faktor penentu, namun yang terpenting dalam diri
jurnalis adalah komitmen untuk bekerja penuh waktu (full time) dan tepat
waktu(on time). Artinya, ia selalu siap menjalani tenggat waktu (deadline) 24
jam untuk meliput setiap peristiwa dan melaporkannya kepada semua khalayak. Dalam
menjalankan profesi wartawan atau jurnalis harus memiliki etika (Masuki,2001)
antara lain
1.
Menggali berita
dengan cara etis
2.
Tidak menerima
sogokan
3.
Konsisten pada
prinsip keberimbangan dan objektifitas
RAGAM
JURNALISME
Jurnalisme
Berdasarkan Khalayak
Misalkan,
apakah kita akan menulis untuk newsletter, majalah wanita, koran harian,
tabloid, atau majalah agama. Dari titik itu kita mengenal segi bahasa
jurnalistik. Beda khalayak yang membaca beda pula bahasa yang digunakan. Para
jurnalis harus sangat paham siapa yang akan membaca tulisan mereka. tidak bisa
pukul rata. Misalkan majalah tempo, gatra, the newyorker, atau times. Para
pembaca karya jurnalisme ini adalah para kalangan terpelajar yang sangat kritis
dan melek informasi.
Jurnalisme
Ideologi
Jurnalisme
ideologi adalah jurnalisme yang sangat menekankan segi ideologi atau visi
misinya, tidak pedli siapa pun khalayaknya. Jurnalisme jenis ini datang dengan
mengusung idealisme mereka sendiri. Misalkan media khusus menyoroti perang,
kelautan, dan yang sejenisnya.
Jurnalisme
Warga
Jurnalisme
warga dilakukan atas inisiatif warga biasa yang tidak memiliki latar belakang
profesi media. Menurut Chis Willis (Triyono Lukmantoro, 2006) jurnalisme warga
sebagai tindakan warga dalam memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan,
melaporkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi. Jurnalisme warga mampu
menyediakan informasi yang independen, layak, akurat, memiliki rentang yang
luas dan relevan dengan tuntunan-tuntunan demokrasi.
Jurnalisme
Sastrawi
“Jurnalisme
Sastrawi” (literary journalism) adalah nama sebuah genre dunia penulisan yang
memadukan liputan/reportase dan penulisan dengan gaya sastrawi sehingga enak
dibaca. Bila penulisan jurnalistik pada umumnya sangat kaku, hanya menampilkan
fakta, maka pada penulisan dalam genre ini jauh dari kesan kaku karena mampu
menggambarkan emosi dari orang-orang yang terlibat didalamnya dan menggambarkan
latar peristiwa yang lebih detil.
Jurnalisme
Investigasi
Menurut
Dhandy Dwi Laksono (2010) Jurnalisme investigasi memiliki elemen-elemen sebagai
berikut : (1) Mengungkapkan kejahatan terhadap kepentingan publik, atau
tindakan yang merugikan orang lain (2) Skala kasus yang diungkapkan cenderung
terjadi secara luas atau sistematis (ada kaitan atau benang merah) (3) Menawab semua
pertanyaan penting yang muncul dan memetakan semua persoalan dengan gamblang
(4) Mendudukkan aktor-aktor yang terlibat secara lugas, didukung bukti-bukti
yang kuat (5) Publik bisa memahami kompleksitas masalah yang dilaporkan dan
bisa membuat keputusan atau perubahan berdasarkan laporan itu. Tanpa kelima
elemen tersebut, sebuah laporan panjang hanya bisa disebut sebagai laporan
mendalam.
Jurnalisme
Profetik
Jurnalisme
profetik (prophetic journalism) adalah satu bentuk jurnalisme yang tidak semata
menulis atau melaporrkan berita dan peristiwa secara lengkap, akurat, jujur,
dan bertanggung jawab. Tetapi ia juga menunjukkan arah
transformasi atau perubahan berdasarkan cita-cita etik dan profetik moral dan
idealisme berbasis ettik. Hal ini berarti suatu jurnalisme yang sevara sadar
dan bertanggung jawab memuat kandungan nilai dari cita-cita etik dan sosial
yang didasarkan pada emansipasi.
Jurnalisme
Korporat
Jurnalisme perusahaan
(coorporat journalism) yaitu jurnalisme yang mengangkat seputar budaya kerja
suatu perusahaan. Isinya tentu saja yang berkaitan dengan apa yang terjadi di
dalam perusahaan. Program outing untuk keluarga yang diselenggarakan setiap
cabang, misalnya. Atau berita tentang mutasi, kenaikan pangkat, dan pensiun.
Jurnalisme
Partisan
Jurnalisme partisan
merupakan kegiatan jurnalistik yang memihak pada pihak tertentu. Misalnya
jurnalisme partisan pada pemerintah, maka ciri jurnalisme macam ini, pemerintah
selalu diunggul-unggulkan. Pujian begitu banyak dilontarkan kepada program yang
dijalankan pemerintah. Semua sisi baik ditonjolkan dan sisi kurang baik selau
ditutup-tutupi.
Jurnalisme
Multikultural
Jurnalisme
multikultural adalah jurnalisme yang memiliki perspektif multikulturalisme dan
pluralisme yang digunakan untuk melihat realitas yang akan dikonstruksikan dan
diolah menjadi berita. Perspektif multikulturalisme dan pluralisme yang
dikembangkan oleh paham jurnalisme baru ini adalah perspektif sruktural dalam
bingkai agama, etnis, golongan dan kelompok. Bingkai bingkai tersebut menjadi perhatian
utama oleh jurnalistik multikultural ini. Khususnya struktur yang dibangun oleh
agama, etnis, kelompok dan golongan tersebut demi kepentingan ekonomi dan
kekuasaan.
Jurnalisme
Damai
Jurnalisme damai (peace
journalism) adalah praktek jurnalistik yang bersandar pada
pertanyaan-pertanyaan kritis tentang manfaat aksi-aksi kekerasan dalam sebuah
konflikdan tentang hikmah konflik. Jurnalisme damai lebih mementingkan empati
kepada korban-korban konflik daripada meliput kontinyu tentang jalannya konflik.
Dan dalam upayanya menyampaikan berita lebih fokus kepada efek kekerasan yang
tidak tampak (invisible effect of violence), seperti kerusakan sosial,
kerusakan budaya moral, hancurnya masa depan, maupun trauma yang dialami oleh
para korban. Hal ini bertujuan untuk menarik empati audience, bahwa konflik yang
disertai kekerasan hanya mendatangkan kerugian.
Jurnalisme
Bencana
Kehadiran wartawan
dilokasi bencana sebenarnya tidak ada bedanya dengan kahadiran manusia yang
lainnya yang ingin mengambil peran
membantu sebagai relawan. Yang membedakan relawan akan tetap masih ada dampai
pada tahap pemulihan setelah bencana, sementara wartawan akan meninggalkan
lokasi bencana setelah hingar-bingarnya pemberitaan tentang bencana dan
korbannya telah memudar. Pada umunya wartwan yang ditugaskan kelokasi bencana
hanya memikirkan bagaimana caranya sampai lokasi bencana untuk segera melakukan
liputan, mendapatkan wawancara sebanyak-banyaknya dengan siapa saja termasuk
korban. Disisi lain kita juga miris mendengar ada jurnalis yang ikut menjadi
korban ketika sedang meliput bencana. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh faktor
idealisme dan naluri yang tinggi sebagai seorang jurnalis, sehingga mengabaikan
keselamatan dirinya sendiri. Bisa juga karena faktor tekanan dari pimpinan media
atau media tempat dia bekerja untuk medapatkan berita yang beda dan ekslusif
tanpa memerdulikan bagaimana kondisi lokasi atau wartawan bersangkutan. Berikut
merupakan beberapa persiapan wartawan sebelum meliput berita : (1) mengenali
lokasi bencana (2) respon cepat pada keadaan yang mengancam nyawa pada saat
meliput (3) mendapatkan informasi kondisi lokasi bencana sebelum berangkat (4)
mempersiapkan peralatan perlengkapan penunjang slain perlengkapan liputan (5)
memiliki kontak dengan orang atau lembaga yang dapat dipercaya untuk
menghindari informasi yaang menyesatkan.
Jurnalisme
Kuning
Jurnalisme kuning
(yellow journalism) yaitu surat kabar atau majalah dengan sengaja
mengekspolitasi sesuatu untuk merebut perhatian dan minat pembaca dengan
muslihat yang membangkitkan emosi tanpa disertai fakta. Dalam bukunya Stanley
J.Baran, Introduction Of Mass Communication, Media Literacy and Culture,
McGraw-Hill, New York,2004, hlm.109, jurnalisme kuning adalah jurnalisme yang
menekankan pada sensasi seks, kriminal dan berita malapetaka. Jurnalisme ini
memiliki ciri khas, yaitu beritanya bombastis, sensasional dan judul dibuat
semenarik mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan oplah penjualan agar
berlipat-lipat. Jurnalisme kuning lebih menekankan unsur sensasional dan
dramatisasi dalam penyajian berita. Ciri utama lainnya dari koran kuning adalah
pengguanaan aspek visual yang cenderung berlebihan, bahkan terkesan lebih
dominan daripada teks beritanya.
Jurnalisme
Multimedia
Perwujudan jurnalisme
multimedia terkesan mirip dengan jurnalisme online. Yakni, memproduksi digital
content (termasuk audio, video, dan teks) untuk presentasi dan distribusi di
world wide web. Namun, sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Perbedaanya
terletak pada niat atau tujuan jurnalisme bersangkutan. Secara prinsip,
kehadiran jurnalisme online tidaklah didorong oleh kepentingan multimedia. Para
jurnalisme online, penyampaian berita secara digital, dengan menggunakan
sejumlah media sekaligus (multiple media). Tetapi penggunaan sejumlah media
sekaligus bukanlah unsur yang mutlak dibutuhkan, untuk nilai tambah bagi sebuah
presentasi jurnalistik online. Maka, singkatnya, jurnalisme online tidaklah
sama dengan jurnalisme multimedia.
Jurnalisme
Online
Jurnalisme online
adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet
sebagai medianya. Selama ini online dipahaami sebagai tampilan dari sebuah
situs web. Padahal “online” mencakup berbagai tempat perkara (venue) :web,
email, bulletin board system(bbc), IRC, dan lainnya. Berikut beberapa
keunggulan jurnalisme online dibandingkan jurnalisme konvensional (cetak atau
elektronik) antara lain : (1) kapasitas luas halaman web dapat menampung naskah
yang panjang (2) jadwal terbit bisa kapan saja, setiap saat (3) dapat
menjangkau seluruh dunai yang memiliki jangkauan internet (4) cepat, begitu
diupload langsung dapat diakses orang lain (5) terdokumentasi, informasi dapat
disimpan di arsip dan dapat ditemukan dengan link.
Jurnalisme
Independen
Jurnalisme independen
adalah kegiatan jurnalisme yang dalam proses peliputan dan penulisan beritanya
tidak melakukan keberpihakan kepada kelompok/golongan tertentu. Pemberitaan
media cenderung dua sisi dan mengakomodir pernyataan kedua kelompok yang
berbeda. Sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan tidak
diarahkan untuk membentuk sentimen tertentu.
Jurnalisme
Politik
Jurnalisme politik
(political jurnalism) dikenal sebagai jurnalisme propaganda, yaitu praktek
jurnalisme “siap saji” mewadahi kepentingan dominan yang pada umunya dikontrol
oleh uang dan kekuasaan pejabat negara. Dalam jurnalisme propaganda, media
tidak menganut semangat memberikan pendidikan politik yang sehat. Media
membiarkan mereka menjadi political publik relations para kandidat.
Kreasi Ragam Jurnalisme
1. Jurnalisme Ngejazz yaitu
pengetahuan jurnalistik pada sensasi pendek, atau hal yang sedang booming di
masyarakatdengan bahasa yang ringan dan populer.
2. Adversary Journalism yaitu jurnalisme
yang beroposisi dengan pemerintahan, intinya selalu melakukan perlawanan.
3. Checkbook Journalism yaitu
jurnalistik yang selalu memberikan biaya tinggi untuk membayar narasumbernya.
4. Alcohol Journalism bagi jurnalistik
ini, yang paling penting menjual isinya.
5. Crusade Journalism ada misi dibalik
jurnalisme ini, macam-macam motifnya asal tujuan kelompoknya tercapai.
6. Jurnalisme Komunisme-Etatisme jurnalisme
kaum kamerad. Semuanya kawan kalau kawan dan musuhnya bilamana memang musuhnya.
7. Jurnalisme islami hampir mirip crusade
journalism. Namun kali in, didasarkan pada tradisi penyebaran islam.
8. Jurnalisme Liberal yaitu jurnalisme
yang mengacu pada demokrasi gaya demokrasi amerika serikat.
PERS
Pers berasal dari perkataan belanda pers yang
artinya menekan atau mengepres. Kata pres berasal dari padanan kata press dalam
bahasa inggris yang berarti sama yaitu menekan atau mengepress. Tetapi
sekarang, kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk semua kegiatan
jurnalistik. Terutama kegiatan yang menghumpun berita, baik oleh wartawan
berita elektronik atau wartawan berita cetak.
Definisi Pers
Menurut UU Pers dan Peraturan-Peraturan Dewan Pers
(2012), Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik atau saluran lainnya.
Tugas Dan Fungsi Pers
Menurut Hikmat Kusumadiningrat dan Purnama
Kusumadiningrat (2009) tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan komunikasi
manusia dengan manusia lainnya agar ia dapat bertahan hidup. Tetapi, tugas dan
fungsi pers yang bertanggung jawab tidaklah sekedar itu saja. Melainkan lebih
mendalam lagi, yaitu mengamankan hak-hak warga negara dalam kehidupan
bernegaranya. Maka fungsi pers yaitu :
1. Fungsi
Informatif yaitu memberikan
informasi atau berita kepada khalayak ramai dengan cara yang teratur
2. Fungsi Kontrol yaitu pers harus memberitakan apa yang berjalan
dengan baik dan tidak berjalan dengan tidak baik.
3. Fungsi
Interpretatif dan Direktif yaitu memberikan
interpretasi dan bimbingan, pers harus menceeritakan kepada masyarakat tentang
arti suatu kejadian
4. Fungsi Mneghibur para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dngan
hidup dan menarik dengan menyajikan humor dan drama musik.
5. Fungsi
Regeneratif yaitu menceritakan
bagaimana sesuatu itu dilakukan dimasa lampau dan bagaimana dunia ini
dijalankan dimasa sekarang.
6. Fungsi
Pengawalan Hak-Hak Warga yaitu mengawal
dan mengamankan hak-hak pribadi.
7.
Fungsi Ekonomi yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan
8. Fungsi Swadaya yaitu bahwa perss mempunyai kewajiban untuk memupuk
kemampuannya sendiri agar ia dapat membebaskan dirinya dari pengaruh dan
tekanan dalam bidang keuangan.
Kebebasan Pers
Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara. Maksudnya, pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, atau
penekanan agar hak masyarakat memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers
adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi
hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung jawab profesi yang
dijabarkan dalam kode etik jurnalistik serta sesuai dengan hati nurani insan
pers.
Standar Kompetensi
1.
Kesadaran (awareness)
2.
Kesadaran Etika
Dan Hukum
3.
Kepekaan
Jurnalistik
4.
Jejaring Dan
Lobi
5.
Pengetahuan
(Knowledge)
6.
Pengetahuan Umum
7.
Pengetahuan
Khusus
8.
Pengetahuan
Teori Dan Prinsip Jurnalistik
9.
Ketrampilan
(Skill)
10. Ketrampilan
Peliputan
11.
Ketrampilan
Menggunakan alat dan teknologi informasi
12.
Ketrampilan
riset dan investigasi
13.
Ketrampilan
analisis dan arah pemberitaan
Kompetensi
Kunci Wartawan
1.
Memahami dan
menaati etika jurnalistik
2.
Mengidentifikasi
masalah terkait yang memiliki nilai berita
3.
Membangun dan
memelihara jejaring dan lobi
4.
Menguasai bahasa
5.
Mengumpulkan dan
menganalisis berita (fakta dan data) dan informasi bahan berita
6.
Menyajikan
berita
7.
Menyunting
berita
8. Merancang rubrik
atau kanal halaman pemberitaan atau slot program pemberitaan
9.
Manajemen
redaksi
10.
Menentukan
kebijakan dan arah pemberitaan
11. Menggunakan peralatan teknologi pemberitaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar